Monday, 20 February 2012

Berguru dari burung dan cacing (Motivasi dosis tinggi)

Oleh : Heriadi, S.Pd.I
 
Seiring makin bertambahnya usia bumi yang kita pijak, semakin sempit pula tempat untuk mencari setitik kehidupan. Berbagai gejolak masyarakat terjadi dalam berbagai model. Karena semakin sesaknya oksigen kehidupan hari ini, banyak fenomena yang menjadi tontonan tragis.
Salah satu fenomena
hari ini adalah mewabahnya fakir-fakir miskin yang putus asa dalam menjalani kehidupan. Sehingga pada akhirnya mereka  menyerah pada tantangan kehidupan dan memilih untuk mengakhiri kehidupannya dengan menentukan ajal sendiri. Yang lebih tragis, bukan hanya fakir miskin yang memilih menyerah, berdasarkan fakta banyak juga fakir-fakir asmara yang bernasib sama. Fakir asmara yang dimaksud adalah para pelaku cinta yang beranjak dari perkara asmara, akhirnya mereka terluka dan Bunuh diri deh..!! Kerasnya kehidupan memang terkadang terasa sulit tuk dilalui, namun sulit bukan berarti tidak bisa, sehingga hanya orang bodoh yang menyerah pada tantangan kehidupan.
Kali ini penulis akan mencoba “banting stir” kealam sekitar kita tuk melihat betapa tak pantasnya seorang manusia untuk menyerah pada tantangan hidup. Yang pertama adalah mahluk yang diciptakan tanpa akal yaitu burung. Secara biologis burung adalah mahluk yang mayoritas memiliki sayap untuk terbang. Setiap pagi sang induk burung akan terbang mengarungi langit biru demi mendapatkan makanan untuk dirinya dan anak-anaknya.Tidak mudah bagi sang induk untuk mendapatkan makanan, sebab ia harus melaui banyak predator yang mengancam. Kadang sang induk pulang dengan makanan yang cukup untuk dirinya dan anak-anaknya, kadang juga makanan itu hanya cukup untuk anak-anaknya, bahkan tak jarang sang burung pulang tanpa makanan sedikitpun. Tapi satu hal yang perlu kita perhatikan  dari sang burung adalah semangat juangnya yang dahsyat. Terbukti dengan meskipun sang burung dan anak-anaknya tak mendapatkan makanan, setiap pagi ia tetap ceria dan bernyanyi setiap pagi kala sang mentari menyapa. meskipun keluarga burung tersebut kelaparan, tidak pernah ada seekor burung yang bunuh diri dengan menabrakkan diri pada tebing atau menenggelamkan dirinya di lautan.
Mahluk yang kedua adalah Cacing. Cacing adalah binatang yang tidak memiliki tangan, kaki, bahkan sebagian cacing buta. Namun ditengah keterbatasan fisik tersebut, cacing adalah mahluk yang “Ruarrrrr biasa”. Tanpa kenal lelah, Si cacing akan terus berjuang mencapai dedaunan pohon untuk dikonsumsi olehnya. Maskipun ia harus memanjat pohon yang sangat tinggi, tapi tidak pernah kita melihat cacing yang menyerah dan akhirnya bunuh diri dengan meloncat dari dahan pohon.
Nah,sekarang mari kita renungi diri kita, apakah wajar bagi kita untuk putus asa ??? sampai-sampai kita harus mengakhiri hidup yang indah ini. padahal Burung dan cacing dengan keterbatasan fisik dan akal tidak mengenal kata menyerah dalam kamus perjuangannya. Mari kita merenung dan menjawabnya......

No comments:

Post a Comment

Monday, 20 February 2012

Berguru dari burung dan cacing (Motivasi dosis tinggi)

Oleh : Heriadi, S.Pd.I
 
Seiring makin bertambahnya usia bumi yang kita pijak, semakin sempit pula tempat untuk mencari setitik kehidupan. Berbagai gejolak masyarakat terjadi dalam berbagai model. Karena semakin sesaknya oksigen kehidupan hari ini, banyak fenomena yang menjadi tontonan tragis.
Salah satu fenomena
hari ini adalah mewabahnya fakir-fakir miskin yang putus asa dalam menjalani kehidupan. Sehingga pada akhirnya mereka  menyerah pada tantangan kehidupan dan memilih untuk mengakhiri kehidupannya dengan menentukan ajal sendiri. Yang lebih tragis, bukan hanya fakir miskin yang memilih menyerah, berdasarkan fakta banyak juga fakir-fakir asmara yang bernasib sama. Fakir asmara yang dimaksud adalah para pelaku cinta yang beranjak dari perkara asmara, akhirnya mereka terluka dan Bunuh diri deh..!! Kerasnya kehidupan memang terkadang terasa sulit tuk dilalui, namun sulit bukan berarti tidak bisa, sehingga hanya orang bodoh yang menyerah pada tantangan kehidupan.
Kali ini penulis akan mencoba “banting stir” kealam sekitar kita tuk melihat betapa tak pantasnya seorang manusia untuk menyerah pada tantangan hidup. Yang pertama adalah mahluk yang diciptakan tanpa akal yaitu burung. Secara biologis burung adalah mahluk yang mayoritas memiliki sayap untuk terbang. Setiap pagi sang induk burung akan terbang mengarungi langit biru demi mendapatkan makanan untuk dirinya dan anak-anaknya.Tidak mudah bagi sang induk untuk mendapatkan makanan, sebab ia harus melaui banyak predator yang mengancam. Kadang sang induk pulang dengan makanan yang cukup untuk dirinya dan anak-anaknya, kadang juga makanan itu hanya cukup untuk anak-anaknya, bahkan tak jarang sang burung pulang tanpa makanan sedikitpun. Tapi satu hal yang perlu kita perhatikan  dari sang burung adalah semangat juangnya yang dahsyat. Terbukti dengan meskipun sang burung dan anak-anaknya tak mendapatkan makanan, setiap pagi ia tetap ceria dan bernyanyi setiap pagi kala sang mentari menyapa. meskipun keluarga burung tersebut kelaparan, tidak pernah ada seekor burung yang bunuh diri dengan menabrakkan diri pada tebing atau menenggelamkan dirinya di lautan.
Mahluk yang kedua adalah Cacing. Cacing adalah binatang yang tidak memiliki tangan, kaki, bahkan sebagian cacing buta. Namun ditengah keterbatasan fisik tersebut, cacing adalah mahluk yang “Ruarrrrr biasa”. Tanpa kenal lelah, Si cacing akan terus berjuang mencapai dedaunan pohon untuk dikonsumsi olehnya. Maskipun ia harus memanjat pohon yang sangat tinggi, tapi tidak pernah kita melihat cacing yang menyerah dan akhirnya bunuh diri dengan meloncat dari dahan pohon.
Nah,sekarang mari kita renungi diri kita, apakah wajar bagi kita untuk putus asa ??? sampai-sampai kita harus mengakhiri hidup yang indah ini. padahal Burung dan cacing dengan keterbatasan fisik dan akal tidak mengenal kata menyerah dalam kamus perjuangannya. Mari kita merenung dan menjawabnya......

No comments:

Post a Comment