Sunday, 23 December 2018

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN ABAD 21

Oleh : Heriadi, S.Pd.I (Guru SMPN 3 Budong - Budong)

Salahsatu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah media pembelajaran. Menurut salahsatu pakar pendidikan, Miarso, berpendapat bahwa Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini menunjukan bahwa Media pembelajaran meruapakan salah satu senjata pamungkas dalam menarik minat peserta didik selama proses transfer ilmu dan proses mendidik berlangsung. Proses pembelajaran yang hanya monoton pada model ceramah cenderung menghadirkan suasana yang membosankan di kelas. Namun, jika seorang guru menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajarannya, maka besar peluang bagi sang guru untuk menarik antusiasme siswa selama mengikuti proses edukasi tersebut.
Terdapat berbagai jenis media pembelajaran. Ada yang berbentuk audio, visual, maupun audio visual. Yang berbentuk audio seperti lagu – lagu yang terkait materi. Misalnya dalam pembelajaran bahasa inggris, seorang guru dapat menggunakan media lagu sebagai media untuk latihan listening atau mendengarkan. Adapun yang visual misalnya menggunakan gambar yang ditempel pada karton lalu ditempel di dinding kelas untuk kemudian dideskripsikan oleh siswa. Lain lagi dengan media pembelajaran yang sifatnya audio visual yang biasanya menggunakan alat bantu proyektor serta sound system. Umumnya, pembelajaran akan lebih menarik jika menggunakan audio – visual daripada sekedar audio maupun visual saja. Jika menggunakan audio – visual, maka siswa yang cenderung mengandalkan pendengaran (Audio) maupun penglihatan (Visual) dalam belajar dapat terbantu sekaligus.
Dalam pembuatan media pembelajaran audio – visual, ada beberapa unsur yang sangat urgen untuk dimasukkan kedalam muatannya yaitu Menyenangkan, kekinian, Bermuatan Karakter, serta berbasis kearifan lokal.
Unsur yang pertama adalah menyenangkan. Mengapa media pembelajaran harus menyenangkan, sebab tujuan utama dari pembuatan media pembelajaran adalah agar peserta didik antusias dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Jadi, jika media tersebut cenderung membosankan, artinya “cita rasa” dari media pembelajaran tersebut kurang “nikmat”. Ada beberapa cara mendesain media pembelajaran menjadi menyenangkan misalnya dengan menggunakan efek animasi. Tentu dalam memilih animasi harus mempertimbangkan level peserta didik. Peserta didik yang duduk dibanku SD tentu akan berbeda dengan peserta didik di SMA. Efek animasi di SD biasanya lebih meriah serta warna warni, namun untuk level SMA sebaiknya tidak menggunakan efek animasi secara berlebihan. Selain dengan animasi, Media pembelajaran juga dapat dibuat menyenangkan dengan menggunakan Quis yang didesain sekreatif mungkin. Mengajak siswa mengerjakan Quis yang ditampilkan dengan proyektor akan menghadirkan rasa baru sebab siswa biasanya hanya mengerjakan soal dari buku.
Unsur yang kedua adalah Kekinian. Konsep kekinian adalah unsur yang mutlak untuk dihadirkan dalam sebuah media pembelajaran di era digital seperti saat ini . Peserta didik saat ini adalah generasi yang sudah kaya dengan wawasan – wawasan kekinian yang mereka serap dari berbagi sumber seperti televisi maupun internet. Jika seorang guru menyajikan media pembelajaran yang kekunoan, bukan kekinian, hal ini dapat mengikis antusiasme siswa. Sebagai contoh, Salahsatu cara membuat media pembelajaran yang kekinian dalam mata pelajaran bahasa inggris adalah dengan memanfaatkan lagu yang sedang trend dikalangan peserta didik seperti lagu – lagu dari Jesse J, ColdPlay, One Direction, Westlife, dll. Jadi guru menyiapakan kertas yang berisi lirik lagu tersebut. Namun ada beberapa kata yang dikosongkan. Lalu peserta didik diminta mengisi lirik yang kosong sembari mendengarkan lagu tersebut.
Unsur yang ketiga adalah bermuatan karakter. Seorang guru secara substansi bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik. Kegiatan mengajar lebih cenderung kepada proses transfer ilmu. Sedangkan mendidik lebih kepada proses transfer ilmu dan penguatan nilai karakter. Ketika seorang guru mendesain sebuah media pembelajaran yang menjadi produk dari sang guru, muatan nilai karakter adalah komposisi yang harus ada dalam media tersebut. Sebagai contoh, jika media pembelajaran dibuat dengan menggunakan slide presentasi, maka dalam slide tersebut dapat ditambahkan pesan – pesan moral tentang kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dll.  Sehingga nasehat- nasehat tentang nilai karakter tetap tersampikan secara tidak langsung oleh guru melalui media tersebut.
Dan yang terakhir adalah berbasis kearifan lokal. Unsur inipun sangat penting di era millenium seperti saat ini. Banyak generasi muda termasuk di kalangan peserta didik yang sudah tidak mengenali kearifan lokal di daerahnya termasuk budaya dan tradisinya. Oleh karena itu, seorang guru harus mengambil peran dalam persoalan ini. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan nilai – nilai kearifan lokal dalam slide presentasi. Sebagai contoh, dalam slide presentasinya, guru dapat menggunakan gambar – gambar yang berkaitan dengan budaya suatu daerah sebagai Background atau latar belakangnya. Untuk guru – guru yang ada di sulawesi barat, dapat menggunakan background lipaq saqbe, sandeq, sayyyang pattuqduq, dan masih banyak lagi hal – hal yang terkait Sulawesi Barat. Objek wisata yang ada di SULBAR pun dapat digunakan, misalnya background Pulau Karampuang di Mamuju, Pantai Datoq di Majene, Rumah adat Mamasa, Pantai Mampie Polman, Bundaran SMART Mamuju Utara, Air terjun Kalando di Mamuju Tengah, dan masih banyak lagi pilihan objek wisata. Sehingga sang guru tidak hanya sekedar mengajarkan terkait mata pelajaran yang diampuhnya, tapi juga peduli dengan kearifan lokal suatu daerah.
Sebagai kesimpulan, Seorang guru abad 21 dituntut untuk mengajar dan mendidik dengan model pembelajaran abad 21 pula. Para guru di era ini diharapkan lebih kreatif dalam membuat sebuah media pembelajaran serta mampu beradaptasi dengan mindset kekinian para peserta didik. Beradaptasi dalam arti mampu mendesain media pembelajaran yang up to date dan menyentuh hal – hal yang disenangi peserta didik. Dengan demikian target standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu materi tetap tercapai dengan tidak meninggakan rasa jenuh selama proses pembelajaran. Nah, Unsur –unsur media pembelajaran diatas adalah unsur yang sangat urgen dalam mendesain sebuah media pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih antusias, bahagia, berkarakter dan kaya akan wawasan kedaerahan.



No comments:

Post a Comment

Sunday, 23 December 2018

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN ABAD 21

Oleh : Heriadi, S.Pd.I (Guru SMPN 3 Budong - Budong)

Salahsatu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah media pembelajaran. Menurut salahsatu pakar pendidikan, Miarso, berpendapat bahwa Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Hal ini menunjukan bahwa Media pembelajaran meruapakan salah satu senjata pamungkas dalam menarik minat peserta didik selama proses transfer ilmu dan proses mendidik berlangsung. Proses pembelajaran yang hanya monoton pada model ceramah cenderung menghadirkan suasana yang membosankan di kelas. Namun, jika seorang guru menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajarannya, maka besar peluang bagi sang guru untuk menarik antusiasme siswa selama mengikuti proses edukasi tersebut.
Terdapat berbagai jenis media pembelajaran. Ada yang berbentuk audio, visual, maupun audio visual. Yang berbentuk audio seperti lagu – lagu yang terkait materi. Misalnya dalam pembelajaran bahasa inggris, seorang guru dapat menggunakan media lagu sebagai media untuk latihan listening atau mendengarkan. Adapun yang visual misalnya menggunakan gambar yang ditempel pada karton lalu ditempel di dinding kelas untuk kemudian dideskripsikan oleh siswa. Lain lagi dengan media pembelajaran yang sifatnya audio visual yang biasanya menggunakan alat bantu proyektor serta sound system. Umumnya, pembelajaran akan lebih menarik jika menggunakan audio – visual daripada sekedar audio maupun visual saja. Jika menggunakan audio – visual, maka siswa yang cenderung mengandalkan pendengaran (Audio) maupun penglihatan (Visual) dalam belajar dapat terbantu sekaligus.
Dalam pembuatan media pembelajaran audio – visual, ada beberapa unsur yang sangat urgen untuk dimasukkan kedalam muatannya yaitu Menyenangkan, kekinian, Bermuatan Karakter, serta berbasis kearifan lokal.
Unsur yang pertama adalah menyenangkan. Mengapa media pembelajaran harus menyenangkan, sebab tujuan utama dari pembuatan media pembelajaran adalah agar peserta didik antusias dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Jadi, jika media tersebut cenderung membosankan, artinya “cita rasa” dari media pembelajaran tersebut kurang “nikmat”. Ada beberapa cara mendesain media pembelajaran menjadi menyenangkan misalnya dengan menggunakan efek animasi. Tentu dalam memilih animasi harus mempertimbangkan level peserta didik. Peserta didik yang duduk dibanku SD tentu akan berbeda dengan peserta didik di SMA. Efek animasi di SD biasanya lebih meriah serta warna warni, namun untuk level SMA sebaiknya tidak menggunakan efek animasi secara berlebihan. Selain dengan animasi, Media pembelajaran juga dapat dibuat menyenangkan dengan menggunakan Quis yang didesain sekreatif mungkin. Mengajak siswa mengerjakan Quis yang ditampilkan dengan proyektor akan menghadirkan rasa baru sebab siswa biasanya hanya mengerjakan soal dari buku.
Unsur yang kedua adalah Kekinian. Konsep kekinian adalah unsur yang mutlak untuk dihadirkan dalam sebuah media pembelajaran di era digital seperti saat ini . Peserta didik saat ini adalah generasi yang sudah kaya dengan wawasan – wawasan kekinian yang mereka serap dari berbagi sumber seperti televisi maupun internet. Jika seorang guru menyajikan media pembelajaran yang kekunoan, bukan kekinian, hal ini dapat mengikis antusiasme siswa. Sebagai contoh, Salahsatu cara membuat media pembelajaran yang kekinian dalam mata pelajaran bahasa inggris adalah dengan memanfaatkan lagu yang sedang trend dikalangan peserta didik seperti lagu – lagu dari Jesse J, ColdPlay, One Direction, Westlife, dll. Jadi guru menyiapakan kertas yang berisi lirik lagu tersebut. Namun ada beberapa kata yang dikosongkan. Lalu peserta didik diminta mengisi lirik yang kosong sembari mendengarkan lagu tersebut.
Unsur yang ketiga adalah bermuatan karakter. Seorang guru secara substansi bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik. Kegiatan mengajar lebih cenderung kepada proses transfer ilmu. Sedangkan mendidik lebih kepada proses transfer ilmu dan penguatan nilai karakter. Ketika seorang guru mendesain sebuah media pembelajaran yang menjadi produk dari sang guru, muatan nilai karakter adalah komposisi yang harus ada dalam media tersebut. Sebagai contoh, jika media pembelajaran dibuat dengan menggunakan slide presentasi, maka dalam slide tersebut dapat ditambahkan pesan – pesan moral tentang kejujuran, tanggung jawab, keadilan, dll.  Sehingga nasehat- nasehat tentang nilai karakter tetap tersampikan secara tidak langsung oleh guru melalui media tersebut.
Dan yang terakhir adalah berbasis kearifan lokal. Unsur inipun sangat penting di era millenium seperti saat ini. Banyak generasi muda termasuk di kalangan peserta didik yang sudah tidak mengenali kearifan lokal di daerahnya termasuk budaya dan tradisinya. Oleh karena itu, seorang guru harus mengambil peran dalam persoalan ini. Salah satu caranya adalah dengan menambahkan nilai – nilai kearifan lokal dalam slide presentasi. Sebagai contoh, dalam slide presentasinya, guru dapat menggunakan gambar – gambar yang berkaitan dengan budaya suatu daerah sebagai Background atau latar belakangnya. Untuk guru – guru yang ada di sulawesi barat, dapat menggunakan background lipaq saqbe, sandeq, sayyyang pattuqduq, dan masih banyak lagi hal – hal yang terkait Sulawesi Barat. Objek wisata yang ada di SULBAR pun dapat digunakan, misalnya background Pulau Karampuang di Mamuju, Pantai Datoq di Majene, Rumah adat Mamasa, Pantai Mampie Polman, Bundaran SMART Mamuju Utara, Air terjun Kalando di Mamuju Tengah, dan masih banyak lagi pilihan objek wisata. Sehingga sang guru tidak hanya sekedar mengajarkan terkait mata pelajaran yang diampuhnya, tapi juga peduli dengan kearifan lokal suatu daerah.
Sebagai kesimpulan, Seorang guru abad 21 dituntut untuk mengajar dan mendidik dengan model pembelajaran abad 21 pula. Para guru di era ini diharapkan lebih kreatif dalam membuat sebuah media pembelajaran serta mampu beradaptasi dengan mindset kekinian para peserta didik. Beradaptasi dalam arti mampu mendesain media pembelajaran yang up to date dan menyentuh hal – hal yang disenangi peserta didik. Dengan demikian target standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam suatu materi tetap tercapai dengan tidak meninggakan rasa jenuh selama proses pembelajaran. Nah, Unsur –unsur media pembelajaran diatas adalah unsur yang sangat urgen dalam mendesain sebuah media pembelajaran sehingga peserta didik dapat lebih antusias, bahagia, berkarakter dan kaya akan wawasan kedaerahan.



No comments:

Post a Comment