Saturday 20 April 2019

Guru teladan dalam berinovasi dan berkreasi


Kurikulum 2013 menekankan peserta didik agar lebih kreatif dan inovatif. Terdapat empat K yang diharapkan dari peserta didik yaitu, Kritis, Kreatif, Komunikatif, dan Kolaboratif. Selain itu, salah satu indikator keberhasilan K13 adalah peserta didik lebih produktif, kreatif,
inovatif, afektif dan senang belajar.
Apakah target menghasilkan generasi kreatif dan inovatif dari Kurikulum 2013 itu sudah tercapai?. Berdasarkan survey Martin Prosperity Institute  tentang Global Creativity Index (GCI) 2015 ,  Indonesia berada pada peringkat 115 dari 139 negara. Data ini menunjukan bahwa faktanya bangsa Indonesia masih berada di papan bawah soal kreatitifas.
Terdapat berbagai faktor penyebab target kurikulum tersebut belum tercapai. Salah satunya adalah karena guru yang menjalankan kurikulum tersebut juga masih kurang kreatif dan inovatif. Hal ini didukung oleh hasil penelitian fakultas MIPA Universitas Negeri Malang bekerjasama dengan empat pakar pendidikan asal Jepang International Coorporation Agency (JICA). Mereka mengungkapkan Salah satu kekurangan guru di Indonesia adalah rendahnya kreativitas dan inovasi.
Sangat tidak etis mengharapkan siswa  untuk kreatif dan inovatif sementara gurunya pun tidak kreatif dan inovatif. Oleh karenanya sudah saatnya guru menjadi teladan dan hal kreatifitas dan inovasi.
Kreatifitas dan inovasi guru dapat dilihat dari Metode pembelajaran dan media pembelajaran. Guru yang kurang kreatif cenderung mengandalkan metode ceramah dalam mengajar. Metode ceramah memang dibutuhkan tapi secara proporsional dan tidak monoton. Guru perlu mengambangkan metode pembelajaran baru yang asyik dan menyenangkan seperti metode Inquiry, Problem based learning (Pembelajaran berbasis masalah), Role play (Main peran), Metode cooperative, metode debat, dll. Dalam hal media pembelajaran, guru kreatif  dan inovatif selalu berupaya menghasilkan media pembelajaran yang membantu siswa enjoy dan mudah memahami materi. Media pembelajaran bisa berbasis IT atau non IT. Biasanya media yang berbasis IT menggunakan media Laptop dan proyektor dalam aplikasinya. Namun tidak selamanya guru mengandalkan IT sebab ada pula media pembelajaran hebat tanpa bantuan komputer bisa berupa gambar, grafik, atau portofolio.
Dari seorang guru yang selalu berusaha kreatif dan inovatif, maka akan lahir peserta didik yang kreatif dan inovatif pula.  Oleh karenya, jangan menuntut peserta didik kreatif dan inovatif sementara guru masih berada di zona lama yang tidak kreatif dan inovatif pula.




No comments:

Post a Comment

Saturday 20 April 2019

Guru teladan dalam berinovasi dan berkreasi


Kurikulum 2013 menekankan peserta didik agar lebih kreatif dan inovatif. Terdapat empat K yang diharapkan dari peserta didik yaitu, Kritis, Kreatif, Komunikatif, dan Kolaboratif. Selain itu, salah satu indikator keberhasilan K13 adalah peserta didik lebih produktif, kreatif,
inovatif, afektif dan senang belajar.
Apakah target menghasilkan generasi kreatif dan inovatif dari Kurikulum 2013 itu sudah tercapai?. Berdasarkan survey Martin Prosperity Institute  tentang Global Creativity Index (GCI) 2015 ,  Indonesia berada pada peringkat 115 dari 139 negara. Data ini menunjukan bahwa faktanya bangsa Indonesia masih berada di papan bawah soal kreatitifas.
Terdapat berbagai faktor penyebab target kurikulum tersebut belum tercapai. Salah satunya adalah karena guru yang menjalankan kurikulum tersebut juga masih kurang kreatif dan inovatif. Hal ini didukung oleh hasil penelitian fakultas MIPA Universitas Negeri Malang bekerjasama dengan empat pakar pendidikan asal Jepang International Coorporation Agency (JICA). Mereka mengungkapkan Salah satu kekurangan guru di Indonesia adalah rendahnya kreativitas dan inovasi.
Sangat tidak etis mengharapkan siswa  untuk kreatif dan inovatif sementara gurunya pun tidak kreatif dan inovatif. Oleh karenanya sudah saatnya guru menjadi teladan dan hal kreatifitas dan inovasi.
Kreatifitas dan inovasi guru dapat dilihat dari Metode pembelajaran dan media pembelajaran. Guru yang kurang kreatif cenderung mengandalkan metode ceramah dalam mengajar. Metode ceramah memang dibutuhkan tapi secara proporsional dan tidak monoton. Guru perlu mengambangkan metode pembelajaran baru yang asyik dan menyenangkan seperti metode Inquiry, Problem based learning (Pembelajaran berbasis masalah), Role play (Main peran), Metode cooperative, metode debat, dll. Dalam hal media pembelajaran, guru kreatif  dan inovatif selalu berupaya menghasilkan media pembelajaran yang membantu siswa enjoy dan mudah memahami materi. Media pembelajaran bisa berbasis IT atau non IT. Biasanya media yang berbasis IT menggunakan media Laptop dan proyektor dalam aplikasinya. Namun tidak selamanya guru mengandalkan IT sebab ada pula media pembelajaran hebat tanpa bantuan komputer bisa berupa gambar, grafik, atau portofolio.
Dari seorang guru yang selalu berusaha kreatif dan inovatif, maka akan lahir peserta didik yang kreatif dan inovatif pula.  Oleh karenya, jangan menuntut peserta didik kreatif dan inovatif sementara guru masih berada di zona lama yang tidak kreatif dan inovatif pula.




No comments:

Post a Comment