Saturday 20 April 2019

Menjadi guru teladan dalam menjaga kebersihan


Jepang adalah salah satu negara paling bersih di dunia berdasarkan data dari Environment Performance Index (EPI). Budaya bersih di masyarakat Jepang sudah mendarah daging. Semua berawal dari kesadaran masayarakat atas urgensi kebersihan itu sendiri. Kebersihan diajarkan
sejak dini di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sekolah - sekolah di Jepang memainkan peran penting dalam menanamkan rasa cinta kebersihan kepada peserta didiknya. Bahkan mereka mengalokasikan 20 menit setiap harinya untuk bersih – bersih lingkungan sekolah. Program ini dikenal di Jepang dengan SEISOU. Program bersih – bersih ini dijalankan oleh semua pihak sekolah, bukan hanya siswa. Semua guru terlibat dalam membersihkan sekolah. Mereka tidak sekedar memerintah peserta didik, tapi juga terjun langsung memberikan contoh kepada peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memahami bahwa kebersihan adalah kewajiban semua orang tanpa pandang status dan strata sosial.
Dari program SEISOU ini tergambar jelas bagaimana guru mengajarkan kebersihan dengan keteladanan. Mereka tidak sekedar menunjuk sampah kemudian menyuruh peserta didik memungutnya. Mereka tidak sekedar berdiri mengawasi sambil bercerita sementara peserta didik sibuk membersihkan. Mereka tidak sekedar duduk santai bermain handphone sementara peserta didik di sekelilingnya lalu – lalang membawa sapu dan tempat sampah.
Sepintas hal – hal yang dilakukan guru diatas nampak biasa, namun sesungguhnya hal tersebut tidak menunjukan sebuah keteladanan. Sudah saatnya merevolusi mindset guru dari mengawasi ke melakukan. Jika selama ini guru hanya mengawasi peserta didik yang bersih – bersih, maka sudah saatnya kita memberikan keteladanan dengan turut serta bersama peserta didik melakukan bersih – bersih sekolah.
Apakah ketika guru terjun langsung memungut sampah menjatuhkan martabat atau kemulaiaannya?. Tentu tidak. Sebab disitulah seharusnya peran guru, mendidik dengan keteladanan. Jika memungut sampah menjatuhkan martabat, mengapa seorang Menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi terjun langsung memungut sampah di sekitaran stadion Gelora Bung Karno saat  Asian Games 2018? Mengapa Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ikut membersihkan sampah di Bogor pada Hari Sampah Sedunia (World Clean Up Day)? Mengapa Seorang Anis Baswedan, Gubernur Jakarta sekaligus mantan Menteri Pendidikan tanpa ragu  ikut memungut sampah di teluk Jakarta?. Sekali lagi aksi memungut sampah oleh guru tidak menjatuhkan wibawanya, justru mengangkat derajatnya.
Keteladanan dalam kebersihan sudah sangat mendesak untuk diaplikasikan mengingat banyaknya sampah bertebaran di mana – mana. Berdasarkan survey, Indonesia adalah negara kedua yang paling banyak memproduksi sampah plastik di dunia. Jumlah sampah plastik yang diproduksi fantastis, yaitu 3,2 juta ton setiap tahunnya. Tanpa kesadaran untuk memungut dan membuang sampah pada tempatnya, maka bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara paling kotor di dunia. Dan kesadaran itu perlu dipupuk di jiwa generasi kita dengan keteladanan oleh sang guru, Sosok yang digugu dan ditiru.


No comments:

Post a Comment

Saturday 20 April 2019

Menjadi guru teladan dalam menjaga kebersihan


Jepang adalah salah satu negara paling bersih di dunia berdasarkan data dari Environment Performance Index (EPI). Budaya bersih di masyarakat Jepang sudah mendarah daging. Semua berawal dari kesadaran masayarakat atas urgensi kebersihan itu sendiri. Kebersihan diajarkan
sejak dini di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sekolah - sekolah di Jepang memainkan peran penting dalam menanamkan rasa cinta kebersihan kepada peserta didiknya. Bahkan mereka mengalokasikan 20 menit setiap harinya untuk bersih – bersih lingkungan sekolah. Program ini dikenal di Jepang dengan SEISOU. Program bersih – bersih ini dijalankan oleh semua pihak sekolah, bukan hanya siswa. Semua guru terlibat dalam membersihkan sekolah. Mereka tidak sekedar memerintah peserta didik, tapi juga terjun langsung memberikan contoh kepada peserta didik. Hal ini dilakukan agar peserta didik memahami bahwa kebersihan adalah kewajiban semua orang tanpa pandang status dan strata sosial.
Dari program SEISOU ini tergambar jelas bagaimana guru mengajarkan kebersihan dengan keteladanan. Mereka tidak sekedar menunjuk sampah kemudian menyuruh peserta didik memungutnya. Mereka tidak sekedar berdiri mengawasi sambil bercerita sementara peserta didik sibuk membersihkan. Mereka tidak sekedar duduk santai bermain handphone sementara peserta didik di sekelilingnya lalu – lalang membawa sapu dan tempat sampah.
Sepintas hal – hal yang dilakukan guru diatas nampak biasa, namun sesungguhnya hal tersebut tidak menunjukan sebuah keteladanan. Sudah saatnya merevolusi mindset guru dari mengawasi ke melakukan. Jika selama ini guru hanya mengawasi peserta didik yang bersih – bersih, maka sudah saatnya kita memberikan keteladanan dengan turut serta bersama peserta didik melakukan bersih – bersih sekolah.
Apakah ketika guru terjun langsung memungut sampah menjatuhkan martabat atau kemulaiaannya?. Tentu tidak. Sebab disitulah seharusnya peran guru, mendidik dengan keteladanan. Jika memungut sampah menjatuhkan martabat, mengapa seorang Menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi terjun langsung memungut sampah di sekitaran stadion Gelora Bung Karno saat  Asian Games 2018? Mengapa Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil ikut membersihkan sampah di Bogor pada Hari Sampah Sedunia (World Clean Up Day)? Mengapa Seorang Anis Baswedan, Gubernur Jakarta sekaligus mantan Menteri Pendidikan tanpa ragu  ikut memungut sampah di teluk Jakarta?. Sekali lagi aksi memungut sampah oleh guru tidak menjatuhkan wibawanya, justru mengangkat derajatnya.
Keteladanan dalam kebersihan sudah sangat mendesak untuk diaplikasikan mengingat banyaknya sampah bertebaran di mana – mana. Berdasarkan survey, Indonesia adalah negara kedua yang paling banyak memproduksi sampah plastik di dunia. Jumlah sampah plastik yang diproduksi fantastis, yaitu 3,2 juta ton setiap tahunnya. Tanpa kesadaran untuk memungut dan membuang sampah pada tempatnya, maka bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara paling kotor di dunia. Dan kesadaran itu perlu dipupuk di jiwa generasi kita dengan keteladanan oleh sang guru, Sosok yang digugu dan ditiru.


No comments:

Post a Comment