Jepang
adalah salah satu negara paling bersih di dunia berdasarkan data dari Environment Performance Index (EPI). Budaya bersih di
masyarakat Jepang sudah mendarah daging. Semua berawal dari kesadaran
masayarakat atas urgensi kebersihan itu sendiri. Kebersihan diajarkan
sejak
dini di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sekolah - sekolah di Jepang memainkan
peran penting dalam menanamkan rasa cinta kebersihan kepada peserta didiknya.
Bahkan mereka mengalokasikan 20 menit setiap harinya untuk bersih – bersih
lingkungan sekolah. Program ini dikenal di Jepang dengan SEISOU. Program bersih
– bersih ini dijalankan oleh semua pihak sekolah, bukan hanya siswa. Semua guru
terlibat dalam membersihkan sekolah. Mereka tidak sekedar memerintah peserta
didik, tapi juga terjun langsung memberikan contoh kepada peserta didik. Hal
ini dilakukan agar peserta didik memahami bahwa kebersihan adalah kewajiban
semua orang tanpa pandang status dan strata sosial.
Dari program SEISOU ini tergambar jelas
bagaimana guru mengajarkan kebersihan dengan keteladanan. Mereka tidak sekedar
menunjuk sampah kemudian menyuruh peserta didik memungutnya. Mereka tidak
sekedar berdiri mengawasi sambil bercerita sementara peserta didik sibuk
membersihkan. Mereka tidak sekedar duduk santai bermain handphone sementara
peserta didik di sekelilingnya lalu – lalang membawa sapu dan tempat sampah.
Sepintas hal – hal yang dilakukan guru
diatas nampak biasa, namun sesungguhnya hal tersebut tidak menunjukan sebuah
keteladanan. Sudah saatnya merevolusi mindset guru dari mengawasi ke melakukan. Jika selama ini guru hanya mengawasi
peserta didik yang bersih – bersih, maka sudah saatnya kita memberikan
keteladanan dengan turut serta bersama peserta didik melakukan bersih – bersih
sekolah.
Apakah ketika guru terjun langsung memungut
sampah menjatuhkan martabat atau kemulaiaannya?. Tentu tidak. Sebab disitulah seharusnya
peran guru, mendidik dengan keteladanan. Jika memungut sampah menjatuhkan
martabat, mengapa seorang Menteri luar negeri, Ibu Retno Marsudi terjun
langsung memungut sampah di sekitaran stadion Gelora Bung Karno saat Asian Games 2018? Mengapa Gubernur
Jawa Barat, Ridwan Kamil ikut membersihkan sampah di Bogor pada Hari Sampah
Sedunia (World Clean Up Day)? Mengapa Seorang Anis Baswedan, Gubernur Jakarta
sekaligus mantan Menteri Pendidikan tanpa ragu
ikut memungut sampah di teluk Jakarta?. Sekali lagi aksi memungut sampah
oleh guru tidak menjatuhkan wibawanya, justru mengangkat derajatnya.
Keteladanan
dalam kebersihan sudah sangat mendesak untuk diaplikasikan mengingat banyaknya
sampah bertebaran di mana – mana. Berdasarkan survey, Indonesia adalah negara
kedua yang paling banyak memproduksi sampah plastik di dunia. Jumlah sampah
plastik yang diproduksi fantastis, yaitu 3,2 juta ton setiap tahunnya. Tanpa
kesadaran untuk memungut dan membuang sampah pada tempatnya, maka bukan tidak
mungkin Indonesia menjadi negara paling kotor di dunia. Dan kesadaran itu perlu
dipupuk di jiwa generasi kita dengan keteladanan oleh sang guru, Sosok yang
digugu dan ditiru.
No comments:
Post a Comment